Senin, 20 Desember 2021

Resensi Buku Ulumul Qur’an dan Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an

 Resensi Buku Ulumul Qur’an dan Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an

Oleh Kelompok 11 kelas PAI IB:

Nidaan Khofiyyaani       (210414074)

M. Faisal                        (210414062)

Fauzi Fakhruddin B.       (210414047)

 


ULUMUL QUR’AN DAN STUDI ILMU-ILMU AL-QUR’AN

Penulis: Ahmad Muna’am Abror


BAB I

ULUMUL QURAN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYAA

A.    Pengertian Ulumul Quran

Ulumul quran berasal dari kta ulum (ilmu-ilmu) dan al- quran (kitab suci umat islam). Jadi, Ulumul quran adalah segala pengetahuan/ ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-quran. Tetapi yang termasuk dalam kategori Ulumul quran hanya ilmu-ilmu syar’iyyah (agama) dan Arabiyyah ( Bahasa Arab) saja.

B.     Ruang lingkup Ulumul Qur’an

Terdapat 17 cabang Ulumul Quran yang terpenting, yaitu:

1.      Ilmu Mawatin al-Nuzul (ilmu tentang tempat-tempat turunnya ayat).

2.      Ilmu Tawarikh al-nuzul (ilmu tentang masa dan tertib turunnya ayat).

3.      Ilmu Asbab al-Nuzul (ilmu tentang sebab/latar belakang turunnya ayat).

4.      Ilmu Qira’ah (ilmu tentang macampmacam bacaan al-quran).

5.      Ilmu Tajwid (ilmu tentang membaca al-quran).

6.      Ilmu Garib al-quran (ilmu tentang makna lafal yag ganjil/tidak lazim).

7.      Ilmu I’rab  al-quran (ilmu tentang lafal dan harakat dalam ayat).

8.      Ilmu Wujud wa al-Nazair (ilmu tentang lafal al-quran yang ambigu).

9.      Ilmu Ma’rifah al Muhkam wa al-Mutasyabih.

10.  Ilmu Nasikh wa Mansukh (ilmu tentang nasikh mansukhnya al-quran)

11.  Ilmu badai al-quran (ilmu tentang keindahan, kesusastraan, dan ketinggian balaghah ayat-ayat al-quran).

12.  Ilmu I’jaz al-quran (ilmu tentang kemu’jizatan al-Quran).

13.  Ilmu tanasub ayat al-quran (ilmu tentang kesucian antar ayat al-quran).

14.  Ilmu Amsal al-quran ( ilmu tentang perumpamaan dalam al-quran).

15.  Ilmu Aqsam al-quran (ilmu tentang arti dan tujuan sumpah Allah dalam al-quran).

16.  Ilmu Jidal al-quran (ilmu tentang bentuk perdebatan dalam al-quran)

17.  Ilmu Adab Tilawah al-quran (ilmu tentang aturan membaca al-quran).

C.     Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Qur’an

Cabang-cabang Ulumul quran mulai tumbuh secra terpisah pada abad ke -3 H, mulai dari munculnya ilmu tafsir, asbab al-nuzul,nasikh wal Mansukh, manazila bi makkata mawa nuzila bil madinati. Kemudian muncul ilmu ghorobil qur’an pada abad ke -4 H, amtsalil qur’an pada abad ke -5 H, serta ilmu badi’ul qur’an, jadalil qur’an dan Aqmasil Qur’an pada abad ke- 6 H.

Dalam perkembangannya, Ulumul Qur’an dirintis daari masa ke masa yaitu:

1.      Dari kalangan Sahabat Nabi SAW : Para Khulafatur Rasidin, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abu Musa al-Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair.

2.      Dari kalangan Tabi’in : Mujahid, Atha’ bin Yassar, Ikrimah, Qatadah, Hasan al-Basri, Said bin Jubair, dan Zaid bin Aslam di Madinah.

3.      Dari Tabi’in : Malik bin Anas yang memperoleh ilmunya dari Zaid bin Aslam.

Secara utuh Ulumul Qur’an mulai muncul pada abad ke-5 H, ditandai dengan mulai dihimpunnya bagian-bagian ulumul Qur’an, yang pertama kali dilakukan oleh Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w.430H) dalam karyanya al-Burhan fi Ulumil Qur’an. Dari abad ke 6-14 H tidak lahir lagi ilmu-ilmu baru dalam ulumul Qur’an, tetapi ilmu-ilmu yang sudah ada menjadi lebih berkembang dan meluas.

D.    Urgensi Ulumul Qur’an

Pentingnya Ulumul Qur’an mencakup beberapa hal,yaitu:

1.      Dengan Ulumul Qur’an, seseorang akan mencapai pemehaman yang baik mengenai al-Qur’an.

2.      Ulumul Qur’an menjadi senjata yang ampuh dalam membela kesucian al-Qur’an.

3.      Ulumul Qur’an mempermudah penafsiran suatu ayat dalam al-Qur’an.

4.      Dengan Ulumul Qu’an dapat diketahui semua yang berkaitan dengan al-Qur’an, sehingga dapat terhindar dari taklid membabi buta.


BAB II

NUZULUL QUR’AN

A.    Pengertian Wahyu

Secara etimologi, wahyu berarti isyarat yang tepat, ilham, risalah, dan pesan. Dalam IStilah lain, wahyu berarti pemberitahuan Allah SWT kepada seorang hamba pilihan-Nya melalui cara yang samar.

B.     Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dan bernilai I’jaz walaupun satu surat di dalamnya. Al-quran mempunyai banyak nama, diantaranya yaitu : Kitab, al-furqan, dan lain-lain.

C.     Proses Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Proses turunnya al-Qur’an tersebut meliputi: 1. Melalu mimpi, 2. Melalui malaikat Jibril, baik dalam wujud aslinya maupun dalam wujud manusia, 3. Berupa suara, seperti bunyi lonceng, 4. Dari balik tabir,seperti terjadi pada malam mi’raj.

D.    Tahap-tahap turunnya Al-Qur’an

Ada dua tahap turunnya al-Qur’an yakni:

1.      Dari Lauh Mahfudz ke langit bumi, al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan tepatnya pada malam Lailatul Qadar.

2.      Dari langit bumi ke Rasulullah SAW, al-Qur’an turun berangsur-angsur dalam kurun waktu 23 Tahun (13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah).

E.     Periodesasi Turunnya Al-Qur’an

1.      Periode pertama ( selama 4-5 tahun). Dimulai dari turunnya wahyu pertama (surat al-alaq), dan ditandai dengan kandungan wahyu illahi yang mencakup tiga hal: 1. Pendidikan bagi Rasulullah SAW, 2. Pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah, 3. Keterangan tentang dasar-dasar akhlak islamiah dan bantahan-bantahan umum mengenai masyarakat jahiliah waktu itu.

2.      Periode kedua ( selama 8-9 tahun). Terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah, hingga akhirnya ayat-ayat al-Qur’an mampu memblokade paham jahiliah dari segala segi.

3.      Periode ketiga (selama 10 tahun). Ditandai adanya dakwah-dakwah al-Qur’an yang telah dapat mewujudkan keleluasaan penganut-penganutnya dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam di Yatsrib.

 

BAB III

MAKIYAH DAN MADANIYAH

A.    Pengertian Makiyah dan Madaniyah

Makiyah adalah surat-surat al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah. Sedangkan Madaniyah adalah surat-surat al-Qur’an yang diturunkan di Madinah.

B.     Ciri-ciri Makiyah dan Madaniyah

1.      Ciri-ciri Makiyah

a.       Ayat serta suratnya pendek dan berirama

b.      Ditandai dengan khitbah terhadap penduduk Mekkah, seperti “yaa ayyuha” “Annasu”, “yaabanii adama”, dan sebagainya.

c.       Terdapat ayat sajdah dan lafadz “kalla” yang disebutkan 33 kali dalam 15 surat akhir setengah al-Qur’an.

2.      Ciri-ciri Madaniyah

a.       Ayat serta suratnya panjang dan kurang berirama.

b.      Terkandung ajakan untuk berjihad mencari syahid di jalan Allah.

c.       Menerangkan tentang hokum-hukum Islam dan hukum-hukum kriminal.

d.      Menjelaskan tentang keburukan kaum Munafik.

e.       Berisi jaminan pertolongan Allah kepada orang-orang mukmin dari serangan musuh.

C.     Teori-teori penentuan Makiyah dan Madaniyah

1.      Teori Mulahazhatu Makani al-Nuzuli ( Teori geografis/ tempat turunnya wahyu)

2.      Teori Mulahahzah al-Mukhathabina fi al- Nuzuli ( Teori subjektif/subjek yang dikhitab).

3.      Teori Mulahazhatu Zamani al-Nuzulu (teori historis/waktu turunnya ayat).

4.      Teori Mulahazhatu Ma Tadhammanat as-Surratu (teori berdasarkan cerita).

D.    Manfaat mempelajari Makiyah dan Madaniyah

1.      Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiyah

2.      Mengetahui berbagai bentuk Bahasa dalam al-Qur’an.

3.      Mengetahui sejarah persyariatan hokum-hukum Islam.

4.      Mengetahui urutan turunnya ayat.

5.      Membantu menafsirkan al-Qur’an

E.     Penelitian surat Makiyah dan Madaniyah

1.      Berdasarkan laporan para sahabat Nabi SAW yang menyaksikan langsung bagaimana dan dimana wahyu turun.

2.      Melalui ijtihad para ulama berdasarkan ciri-ciri surat atau ayat


BAB IV

KODIFIKASI AL-QUR’AN

A.    Kodifikasi Al-Qur’an pada Masa Rasulullah SAW

Pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an pada masa Nabi SAW terbagi menjadi dua kategori, yakni (1) Pengumpulan dalam dada, dengan cara menghafal, menghayati dan mengamalkan. (2) Pengumpulan dalam dokumen, dengan cara menulisnya pada kitab,atau diwujudkan dalam bentuk ukiran.

1.      Proses Pemeliharaan al-Qur’an

a.       Al-qur’an di lauh mahfuz ( disisi Allah), al-Qur’an terjaga dengan sempurna.

b.      Al- Qur’an dalam proses diturunkan ke bumi dijaga malaikat dari setan.

c.       Al-Qur’an disisi Rasulullah SAW, beliau melaksanakan amanah risalah dengan sempurna, menyambut baik turunnya wahyu al-Qur’an. Lalu dijaga dan dihafalkan secara cermat dan menyampaikannya kepada para sahabat dengan baik.

2.      Penulis (Kuttab) resmi al-Qur’an

a.       Zayd bin Tsabit (sebagai sekertatis Nabi SAW seoanjang hidupnya).

b.      Abdullah bin Said ( sekretaris Nabi SAW pertama saat di Mekkah).

c.       Usman bin Affan.

d.      Ali bin Abi Thalib ( penulis naskah-naskah perjanjian Nabi SAW dengan non muslim).

e.       Ubay bin Ka’b (sekertaris Nabi SAW setelah diajukan langsung oleh ayahnya).

f.        Mu’awiyah bin Abi Sufyan (sekertaris Nabi SAW setelah diajukan langsung oleh ayahnya).

3.      Penulis al-quran yang tidak resmi. Abu Bakar As-Sidiq, Umur bin Khatab, Zubair bin Awwam, Kholid bin said, Tsabit bin Qays, Mughirah bin Syu’bah, Mu’az bin Jahal,dan lain sebagainya.

4.      Alat/benda yang digunakan untuk menulis al-quran potongan kulit,pelepah kurma, bebatuan,tulang,dan lain-lain.

5.      Al-qur’an tidak dikodifikasikan dalam satu mushaf,karena:

a.       Ayat-ayatnya masih berlangsung turun secara acak antara ayat satu dengan ayat yang lain dari surat yang berbeda.

b.      Tertib ayat tidak seperti tertib turunnya.

c.       Wahyu turun dalam waktu yang singkat. (tidak lebih dari 23 tahun).

d.      Tidak ada motivasi yang mendesak untuk menyatukan al-qur’an dalam satu mushaf.

B.     Kodifikasi Al-Qur’an pasca Nabi SAW

1.      Masa khalifah Abu Bakar dan Umar. Terjadinya peranag Yamamah yang menewaskan lebih dari 70 orang huffaz membuat Umar meminta Abu Bakar sebagai khalifah untuk mengadakan pengumpulan al-qur’an dalam satu mushaf. Sehingga, walaupun awalnya masih ragu, akhirnya Abu Bakar segera mengutus Zaid bin Tsabit untuk melaksanakan hal itu. Kurang lebih 15 bulan, akhirnya al-qur’an terkumpul dalam suhuf-suhuf. Setelah Abu Bakar wafat,suhuf-suhuf tersebut dipegang oleh Umar dan setelah Umar wafat, suhuf-suhuf itu disimpan disimpan oleh hafshah anak Umar yang terjaga merupakan istri Rasulullah SAW yang pandai menulis dan pandai membaca.

2.      Masa Khalifah Usman. Terjadi pertikaian mengenai berbagai bentuk mushaf yang beredar. Mushaf dari Abu Bakar dan mengintrusikan untuk menyebarluaskan mushaf tersebut ke berbagai wilayah, serta memusnahkan semua mushaf lain yang beredar.

3.      Mushaf sahabat lain:

a.       Ubay bin Kaab yang mushafnya berpengaruh di bagian besar daerah Siria.

b.      Abdullah bin Mas’ud yang mushafnya mendominasi daerah Kufa.

c.       Abu Musa al-As’ari yang mushafnya memperoleh pengakuan masyarakat Basrah.

d.      Miqd ibn Aswad yang mushafnya diikuti penduduk kita Hims.

e.       Ibn Abbas yang jumlah keseluruhan surat dalam mushafnya sebanyak 116 surat.


BAB V

ASBABUN NUZUL

A.    Pengertian Asbabun Nuzul

Secara Bahasa, Asbabun Nuzul berasal dari kata Asbab (sebab-sebab) dan an-Nuzul (turun). Jadi Asbabun Nuzul berarti sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya al-Qur’an. Dalam arti lain, Asbabun Nuzul berarti ayat-ayat yang berkenaan dengan hokum, diturunkan kepada Rasulullah SAW untuk menjadi keterangan bagi suatu perkara yang telah berjadi.

B.     Macam-macam Asbabun Nuzul

1.      Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa umum.

2.      Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa khusus.

3.      Sebagai jawaban atas pertanyaan kepada Nabi SAW

4.      Sebagai jawaban dari pertanyaan Nabi

5.      Sebagai tanggapan atas pertanyaan yang bersifat umum.

6.      Sebagai tanggapan terhadap orang-orang tertentu.

C.     Manfaat dan urgensi Asbabun Nuzul

1.      Mengetahui rahasia dan tujuan Allah SWT mensyar’iatkan agamanya melalui ayat-ayat al-qur’an.

2.      Memudahkan pemahaman al-qur’an secara besar

3.      Memperkuat hafalan al-qur’an

4.      Membantu dalam memahami dan mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-qur’an

5.      Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.

6.      Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan al-qur’an turun.

7.      Memantapkan wahyu-wahyu ke dalam hati yang mendengarkan.

8.      Mentashkhikan hukum, meskipun dengan shigot yang khusus.

 

BAB VI

NASIKH MANSUKH

A.    Pengertian Ilmu Nasikh Mansukh

Nasikh berasal dari kata Nasakho, Tansakhu, dan Nasukhon yang berarti hilangkan dan hapuskan. Dalam arti lain, ilmu Nasikh Mansukh adalah ilmu yang membahas tentang penghapusan atau penghilangan dan pengangkatan hukum syara’ yang sesuai dengan perintah atau khitbah Allah yang dating kemudian.

B.     Macam-macam Nasikh Mansukh

1.      Nasikh al-qur’an dengan al0qur’an

2.      Nasikh al-qur’an dengan sunah Rasulullah SAW

a.       Al-qur’an dinasakhkan dengan hadist ahad.

b.      Al-qur’an dinasakhkan dengan sunah mutawatir.

3.      Nasikh Sunnah Rasulullah SAW dengan al-qur’an

4.      Nasikh sunah Rasulullah SAW dengan nasikh sunah Rasulullah SAW

a.       Mutawatir dinasakhkan dengan mutawatir

b.      Ahad dinasakhkan dengan ahad

c.       Ahad dinasakhkan dengan muatawatir


BAB VII

MUNASABAH

A.    Pengertian Munasabah

Munasabah secara Bahasa berarti jiwa. Secara terminologis berarti segi-segi hubungan antar kalimat dalam ayat, antara ayat satu dengn ayat lain, serta antara satu surat dengan surat yang lain. Jadi ilmu munasabah adalah untuk mengetahui hubungan antar ayat dan antar surat, serta untuk mengetahui urutan bacaan ayat.

B.     Sejarah pertumbuhan dan perkembangan Munasabah

Munasabah dicetuskan pertama kali oleh Abu Bakar Al-Naisaburi (w.234H) Baghdad. Dalam perkembangannya munasabah meningkat menjadi salah satu cabang dari Ulumul Qur’an. Kemudian muncul tokoh-tokoh seperti Ahmad bin Ibrahim dan Burhan Abidin yang membahas munasabah secara spesifik. Ulama berikutnya menyusun pembahasan munasabah secara khusus seperti kitab Al-Burhan fi Manasah tartib al-Qur’an karya Ahmad ibn Ibrahim Al-Andalusi (w.807H). dan yang lainnya.

C.     Kedudukan munasabah dalam menafsirkan Al-Qur’an\

Munasabah ayat sangat membantu dalam menerangkangkan makna yang terkandung dalam ayat, bahkan fungsinya mirip dengan Asbabun Nuzul. Akan tetapi munasabah berkaitan dengan pengetahuan yang diperoleh melalui ijtihad, sedangangkan Asbabun Nuzul terkait dengan pengetahuan yang di peroleh dari riwayah.

D.    Manfaat mempelajari Munasabah

1.      Mengetahui hubungan antar bagian-bagian al-Qur’an.

2.      Mengetahui mutu dan tingkat kebhalaghan Bahasa al-Qur’an yang menunjukan bahwa Al-Qur’an benar-benar wahyu dari Allah.

3.      Membantu menafsirkan Al-Qur’an.

4.      Menepis anggapan orang bahwa tema-tema Al-Qur’an kehilangan relavansi antar bagiannya.


BAB VIII

ILMU FAWATIHUS SUWAR

A.    Pengertian Fawatihus Suwar

Fawatihus Suwar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

B.     Macam-macam pembuka surat

1.      Pujian :

a.       Al-Tahmid: al-fatihah, al-an’am, al-kahfi, saba’,Fathir.

b.      Al-Tabaruk: al-Furqan, al-Mulk

c.       Al-Tasbih : al-Isra, al-Hadid, al-Hasyr, al-Shaff, al-Jumuah, al-Taghabun, al-A’la

2.      Potongan huruf hija’iyah:

a.       Diawali dengan huruf (muwahhadah) : shad, qaf, nun.

b.      Diawali dengan huruf (musanna) : al-mu’min, fushshillat, al-dhukan, al-jaziyah, al-ahqaf, toha, an-naml,yasin, asy-syuraa, az-zuhruf.

c.       Diawali dengan tiga huruf (mutsalatshah) : al-baqarah, ali imran, al-ankabut, ar-rum, luqman, al-sajadah, yunus, hud, yusuf, Ibrahim,al-hajr, asy-syuraa, al-qashash

d.      Diawali dengan empat huruf (muraba’ah) : al-ra’d, al-a’raf.

e.       Diawali dengan lima huruf : Maryam.

3.      Fawatihus Suwar yang merupakan ayat-ayat mutasyabihat:

a.       Seruan

1)      Panggilan kepada Nabi: Al-ahzab, al-muzamil, al-mudasir.

2)      Panggilan kepada orang-orang Mukmin : al-maidah, al-hujurat, al-muntahabah

3)      Panggilan kepada manusia : an-nisa, al-hajj.

C.     Hikmah ayat mutasyabih sebagai Fawatihus Suwar

1.      Memperlihatkan kelemahan akal manusia.

2.      Teguran bagi orang-orang yang mengutak ngatik ayat mutsyabih.

3.      Mempermudah dalam mempelajari al-Qur’an

4.      Adanya penunjuk terhadap tema pembahasan surat dan tujuan-tujuannya.


BAB IX
MUHKAM DAN MUTASYABIH

A.    Pengertian Muhkam dan Mutsyabih

Muhkam ialah ayat-ayat yang mempunyai makna jelas, baik lafadz maupun maksudnya,sehingga tidak menimbulkan keraguan, kekeliruan dan penafsiran lain. Ayat yang termasuk muhkam yakni naskhdan zhahir. Sedangkan mutasyabih ialah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Ayat yang termasuk mutasyahbih yakni muzmal,muawal, musykil dan mubham (ambigu)

B.     Sebab-sebab adanya ayat mutasyahbih

1.      Kesamaran lafal

a.       Kesamaran karena mufrad.

b.      Kesamaran karena murokab.

c.       Kesamaran makna ayat.

d.      Kesamaran lafal dan makna ayat.

C.     Macam-mavam ayat mutsyahbih

1.      Ayat mutsayahbih yang hanya diketahui Allah (seperti ayat tentang surga, neraka, kiamat, dan lain sebagainya).

2.      Ayat mutsyahbih yang bisa diketahui orang dengan pembahasan dan pengkajian yang mendalam.

3.      Ayat mustasyahbih yang hanya diketahui oleh pakar ilmu dan sains

D.    Pendapat para ulama mengenai ayat mutsyabih

1.      Pendapat jumhur ulama Ahlus Sunnah dan sebagian ahli Ra’yi mengatakan bahwa ayat mutsyabih cukup diimani saja, tidak perlu pena/wilan dan makna ayat mutayabih, kecuali ayat mutayabih yang menerangkan keagungan Allah.

2.      Ibnu Daqiqi al-‘id mengatakan bahwa dalam pena’wilan ayat mutasyabih sepadan dengan Bahasa arab dan jika tidak, maka ditangguhkan wa’winnya tersebut. Dan ayat mutasyabih tersebut cukup diimani tanpa perlu pengamalan.

E.     Hikmah dibalik Ayat Muhkam dan Mutasyabih

1.      Sebagai ujian keimanan bagi manusia.

2.      Untuk mempperkuat kedudukan al-Qur’an sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia.

3.      Sebagai motivasi bagi umat Islam untuk menggali maksud isi yang terkandung dalam al-Qur’an.


BAB X

I’JAZUL QUR’AN

A.    Pengertian I’jazul Qur’an

Secara etimologis, I’jaz berarti melemahkan/ membuktikan ketidakmampuan pihak lain. Sedangkan secara terminologis I’jaz berarti pembuktian kebenaran Nabi SAW atas pengakuan kerasulannya dengan cara menunjukan kelemahan orang-orang Arab yang menentang. Jadi, I’jazul Qur’an adalah kemampuan yang dimiliki al-Qur’an untuk membuktikan kenabian Nabi Muhammad SAW dan melemahkan para penantangnya dalam membuat hal serupa.

B.     Nama lain Mu’jizat

1.      Irhas: dimiliki oleh calon Nabi

2.      Karomah: dimiliki oleh para wali/orang suci.

3.      Ma’unah : dimiliki manusia pada umumnya.

4.      Istidros : dimiliki oleh orang fakir/kafir.

5.      Sihir : dimiliki oleh seseorang dengan bantuan setan.

C.     Unsur-unsur dalam Mu’jizat

1.      Berupa peristiwa luar biasa.

2.      Terjadi pada orang yang mengaku Nabi

3.      Mengandung tantangan terhadap siapapun yang meragukan.

D.    Tantangan Al-Qur’an ditujukan kepada:

1.      Seluruh umat manusia

2.      Siapapun yang mengetahui al-quran

3.      Kaum mukminin, untuk meneguhkan keimanan mereka.

4.      Kepada orang-orang kafir yang tidak meyakininya.

E.     Macam-macam Mu’jizat

1.      Hisayah

a.       Hanya untuk orang-orang yang menyaksikannya.

b.      Terjadi pada selain Al-qur’an

2.      Aqliyyah

a.       Hanya bisa diketahui dengan akal dan pemikiran mendalam

b.      Berlaku sepanjang masa

c.       Bisa dirasakan/ diketahui oleh siapapun yang memiliki cahaya pengetahuan khusus dan mata hati yang bersih.

d.      Hanya terjadi pada al-quran

F.      Fungsi mu’jizat Al-qur’an

1.      Sebagai bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW

2.      Sebagai bukti kebenarannya sebagai firman Allah

3.      Untuk meneguhkan keimanan kaum beriman

4.      Melemahkan kaum kuffar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resensi Buku ‘Ulum Al-Quran (Memahami Otentifikasi Al-Qur'an)

  Resensi Buku ‘Ulum Al-Quran (Memahami Otentifikasi Al-Quran) Oleh Kelompok 10 kelas PAI IB: Annisa Septiani            (210414035) ...